Panen Raya Cabai Off-Season di Kediri: Strategi Cerdas BI Lawan Inflasi dan Jaga Stabilitas Harga

KEDIRI – Di tengah ancaman inflasi pangan yang kerap dipicu fluktuasi harga cabai, Bank Indonesia (BI) Kediri berhasil menghadirkan kabar menggembirakan. Bersama petani lokal, BI Kediri sukses menggelar Panen Raya Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Cabai Off-Season Ramah Lingkungan, Kamis (5/11/2025). Panen ini menjadi bukti nyata bahwa produksi cabai di luar musim (off-season) dapat dilakukan secara berkelanjutan, bahkan menghasilkan panen melimpah.
Acara yang digelar meriah di Kabupaten Kediri itu bukan sekadar kegiatan panen biasa. Momentum ini menjadi simbol keberhasilan sinergi end-to-end antara BI, pemerintah daerah, dan petani untuk memastikan ketersediaan pasokan dan stabilitas harga. Pendekatan holistik yang diterapkan tidak hanya menyentuh aspek teknis pertanian, tetapi juga menyasar efisiensi biaya dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Kepala Perwakilan BI Kediri, Yayat Cadarajat, menegaskan bahwa fluktuasi harga cabai selama ini kerap terjadi karena menurunnya pasokan pada masa tanam di luar musim. “Oleh karena itu, Bank Indonesia mendorong edukasi dan pendampingan teknis agar petani mampu berproduksi secara berkelanjutan meskipun di luar musim, dengan cara yang adaptif terhadap iklim dan efisien secara biaya,” ujar Yayat usai acara panen raya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, BI Kediri meluncurkan Program Pelatihan Cabai Off-Season Ramah Lingkungan, yang difokuskan pada pengendalian inflasi dari sisi hulu (supply side). Program ini diluncurkan sejak Juli 2025 dan dirancang sebagai strategi jangka panjang dalam memperkuat ketahanan pangan di wilayah kerja BI Kediri.
Program unggulan tersebut berlandaskan tiga pilar utama. Pertama, Teknologi Pertanian, di mana petani dilatih teknik budidaya cabai di luar musim tanam agar produktivitas tetap terjaga. Kedua, Adaptasi Iklim, dengan pemanfaatan informasi dari BMKG Dhoho Kediri untuk memprediksi cuaca serta menentukan pola tanam yang efektif. Ketiga, Ramah Lingkungan, dengan menekankan penggunaan pupuk organik, pestisida nabati, serta NPK berbahan organik guna meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan kimia.
Pendekatan ilmiah dan berkelanjutan tersebut kemudian diuji coba di atas lahan percontohan (demplot) seluas 200 Rhu di Kabupaten Kediri. Program ini terlaksana berkat kolaborasi erat antara BI Kediri, Dinas Pertanian, dan Balai POPT, dengan pengawasan langsung dari para tenaga profesional. Hasilnya, petani berhasil memproduksi cabai berkualitas tinggi di luar musim tanam, sekaligus menekan biaya produksi.
Panen raya tersebut juga dihadiri oleh perwakilan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat serta Direktur Perlindungan Hortikultura Kementerian Pertanian RI. Kehadiran mereka menandai dukungan penuh pemerintah pusat terhadap inovasi daerah yang terbukti efektif menekan gejolak harga pangan strategis. “Model seperti ini sangat layak direplikasi ke wilayah lain di Indonesia,” ungkap salah satu perwakilan Kementan dalam sambutannya.
Keberhasilan BI Kediri dalam mengawal program cabai off-season ini menunjukkan bahwa strategi end-to-end, mulai dari peningkatan produksi di hulu hingga stabilisasi harga di hilir, merupakan formula ampuh dalam menjaga kestabilan pangan. Tak hanya mampu menahan laju inflasi, program ini juga memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan petani dan penguatan ekonomi daerah.
Ke depan, BI Kediri berkomitmen untuk memperluas implementasi Program Pelatihan Cabai Off-Season Ramah Lingkungan ke seluruh wilayah kerjanya. Diharapkan, model keberhasilan ini dapat menjadi contoh nasional dalam menghadapi tantangan inflasi pangan, memperkuat ketahanan pasokan, serta menciptakan kesejahteraan petani yang berkelanjutan.




